Dimensi Perubahan Sosial

Dimensi Perubahan Sosial Masyarakat Jawa

Berdasarkan hasil pengkajian terhadap unsur-unsur yang ada dalam roman Canting yang mencakup penokohan, plot, setting, dan tema, dapat dikatakan bahwa roman Canting tersebut dapat mencerminkan realitas sosial (lihat sebab 3.2.1 hal.65). salah satu dimensi realitas sosial yang dicerminkan oleh roman Canting itu ialah mengenai perubahan sosial masyarakat jawa.

Berfikir Jernih

Berfikir Sebagaimana Mestinya


Pernahkan anda memikirkan bahwa anda tidak ada sebelum dilahirkan ke dunia ini, dan anda telah diciptakan dari sebuah ketiadaan?

Pernahkan anda berfikir bagaimana bunga yang setiap hari anda lihat di ruang tamu, yang tumbuh dari tanah yang hitam, ternyata memiliki bau yang harum serta berwarna-warni?

Pernahkan anda memikirkan seekor nyamuk, yang sangat mengganggu ketika terbang mengintari anda, mengepakkan sayapnya dengan kecepatan yang sedemikian tinggi sehingga kita tidak mampu melihatnya?

Pernahkan anda berfikir bahwa lapisan luar dari buah-buahan seperti pisang, semangka, melon dan jeruk berfungsi sebagai pembungkus yang sangat berkualitas, yang membungkus daging buahnya sedemikian rupa sehingga rasa dan keharumannya tetap terjaga?

Pernahkan anda berfikir bahwa gempa bumi mungkin saja datang secara tiba-tiba ketika anda sedang tidur, yang menghancurkan luluhkan rumah, kantor dan kota anda hingga rata dengan tanah sehingga dalam tempo beberapa detik saja anda pun kehilangan segala sesuatu yang anda miliki di dunia ini?

Pernahkan anda berfikir bahwa kehidupan anda berlalu dengan sangat cepat, anda pum menjadi semakin tua dan lemah, dan lambat laun kehilangan ketampanan atau kecantikan, kesehatan dan kekuatan anda?

Pernahkan anda memikirkan bahwa suatu nanti, malaikat maut yang diutus oleh Allah akan datang menjemput untuk membawa anda meninggalkan dunia ini?

Jika demikian, pernahkan anda berfikir mengapa manusia demikian terbelenggu oleh kehidupan dunia yang sebentar lagi akan mereka tinggalkan dan seharusnya mereka jadikan sebagai tempat untuk berkerja keras dalam meraih kebahagiaan hidup di akhirat?

Manusia adalah makhluk yang dilengkapi Allah sarana berfikir. Namun sayang, kebanyakan mereka tidak menggunakan sarana yang teramat penting ini sebagaimana mestinya. Bahkan pada kenyataannya sebagian manusia hamper tidak pernah berfikir.

Sebenarnya, setiap orang memiliki tingkat kemampuan berfikir yang seringkali ia sendiri tidak menyadarinya. Ketika mulai menggunakan kemampuan berpikir tersebut, fakta-fakta yang sampai sekarang tidak mampu diketahuinya, lambat-laun mulai terbuka di hadapannya. Semakin dalam ia berfikir, semakin bertambahlah kemampuan berfikirnya dan hal ini mungkin sekali berlaku bagi setiap orang. Harus disadari bahwa tiap orang mempunyai kebutuhan untuk berfikir serta menggunakan akalnya semaksimal mungkin.

Tulisan ini dibuat dan ditulis dengan tujuan mengajak manusia “berfikir sebagaimana mestinya”. Seseorang yang tidak berfikir berada sangat jauh dari kebenaran dan menjalani sebuah kehidupan yang penuh kepalsuan dan kesesatan. Akibatnya ia tidak akan mengetahui tujuan penciptaan alam, dan arti keberadaan dirinya di dunia. Padahal, Allah telah menciptakan segala sesuatu untuk sebuah tujuan sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an :

“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS. Ad-Dukhaan, 44 : 38-39)
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al-Mu’minuun, 23 : 115)

Oleh karena itu, yang paling pertama kali wajib untuk difikirkan secara mendalam oleh setiap orang ialah tujuan dari penciptaan dirinya, baru kemudian segala sesuatu yang ia lihat di alam sekitar serta segala kejadian atau peristiwa yang ia jumpai selama hidupnya. Mannusia yang tidak memiliki hal ini, hanya akan mengetahui kenyataan-kenyataan tersebut setelah mati. Yakni ketika ia mempertanggung jawabkan segala amal perbuatannya di hadapan Allah; namun sayang sudah terlambat. Allah berfirman dalam Al-Qur’an bahwa pada hari penghisaban, tiap manusia akan berfikir dan menyaksikan kebenaran atau kenyataan tersebut :

“Dan pada hari itu diperlihatkan mereka neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan, “Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini.” (QS. Al-Fajr, 89 : 23-24)

Padahal Allah telah memberikan kita kesempatan hidup di dunia. Berfikir atau merenung untuk kemudian mengambul kesimpulan atau pelajaran-pelajaran dari apa yang kita renungkan untuk memahami kebenaran, akan menghasilkan sesuatu yang bernilai bagi kehidupan di akhirat kelak. Dengan alasan inilah, Allah mewajibkan seluruh manusia, melalui Nabi dan Kitab-kitab-Nya, untuk memikirkan dan merenungkan penciptaan diri mereka sendiri dan jagad raya :

“Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka?, Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan tujuan yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemua dengan Tuhannya.” (QS. Ar-Ruum, 30 : 8)

Free Website Hosting